Mungkin di antara pembaca masih ada yang asing dengan kota Maumere. So, sebelum saya sharing tentang Bukit Nilo itu sendiri saya akan memperkenalkan kota kelahiran saya ini. Maumere adalah ibu kota Kabupaten Sikka –salah satu kabupaten yang terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Kota kecil di tepi pantai ini juga sering dijuluki sebagai Kota Debu karena panas dan debu yang tiada hentinya berpendar setiap hari.

Wisata Maumere kurang begitu menonjol, namun Maumere merupakan kota terbesar di Flores. Banyak wisatawan yang mengakhiri petualangan Nusa Bunga (sebutan untuk Pulau Flores) di sini. Bukanlah hal yang susah untuk sampai ke Maumere. Bandara Frans Seda Maumere adalah bandara ‘tersibuk’ di Pulau Flores dengan kode airport MOF. Selain transportasi udara, Maumere juga menjadi penghubung dengan daerah-daerah lain di Flores lewat transportasi darat dan laut. Untuk jalur darat dapat ditempuh dengan bus dalam waktu sekitar tiga jam ke Moni –beranda wisata Danau Kelimutu- dan sekitar enam jam ke Ende. Bus ke arah barat (Moni-Ende-Labuan Bajo) akan berangkat dari Terminal Barat (sekitar 1 Km dari kota) sementara ke Larantuka lewat Lokaria/ Terminal Timur (dua Km dari kota). Seperti halnya bandara, pelabuhan laut Maumere juga menjadi pusat transportasi Flores. Pelabuhan yang baru diganti namanya menjadi Pelabuhan Lorens Say ini (dulunya Sadang Bui) menghubungkan Maumere dengan pelabuhan-pelabuhan besar Indonesia yang lain. Perjalanan dengan kapal memang menyenangkan bagi pecinta laut, apalagi harganya tergolong murah tetapi sering kapal kelebihan muatan baik itu manusianya, binatang serta kendaraan. Tapi justru ketidaknyamanan ini sering membawa cerita sendiri dan menjadi pengalaman yang tak terlupakan tentang mengarungi laut lepas dalam beberapa puluh jam :)


Saya kira untuk para backpacker Kota Maumere cukup kecil untuk dijelajahi dengan hanya berjalan kaki, tetapi di jalan pasti akan ada banyak sekali tawaran jasa ojek dan bemo. Salah satu wisata yang menarik adalah kampung tenun ikat tradisional yang terletak di luar kota. Kampung recommended untuk wisata tenun ikat adalah Sikka dan Lela arah selatan maumere. Pengrajin tenun ikat memproduksi kain ikat atau oleh warga setempat sering disebut dengan sarung (bahasa daerah utang), bisa dijadikan cinderamata untuk dibawa pulang. Frekuensi kedatangan para turis sepertinya tidaak begitu tinggi sehingga bagi wisatawan terutama wisatawan mancanegara bersiaplah menjadi pusat perhatian warga kampung. :D

Wisata yang tak kalah menarik adalah Museum Bikon Blewut dan Jong Dobo. Bikon Blewut adalah museum yang terletak di kompleks Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero dan berisi macam-macam artefak alias benda purba/prasejarah dari kehidupan masyarakat Kabupaten Sikka, Flores, Indonesia bahkan dunia, pokoknya keeeeren sekali. Museum ini adalah yang terlengkap di Nusa Tenggara Timur dan kabarnya (pernah baca di mana gitu: lupa) museum ini menjadi salah satu museum terbaik di Indonesia. Tentang Jong Dobo belum ada yang bisa saya ceritakan karena saya juga belum pernah melihatnya secara langsung. hehe..

Jika berkunjung ke Maumere adalah hal wajib untuk menikmati “koleksi” pantainya yang luar biasa, alami, peaceful dan belum ‘dikembangkan’ menjadi lokasi wisata resmi. Pantai-pantai yang sekiranya bisa dimasukkan dalam beach hunting list antara lain Wairterang, Gading Beach, Pantai Koka, Tanjung Kajuwulu dll (banyak sekali). Keindahan pantai-pantai Maumere juga dapat dinikmati sepanjang perjalanan ke kota lain menggunakan bus.

Bagi yang suka mount climbing bisa mendaki Gunung Egon; gunung api aktif. Pendakian menuju puncak biasanya dimulai dari kampung kecil bernama Blidit. Katanya pendakian Gunung Egon bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih tiga jam. Panas matahari akan terasa amat sangat menyengat, so prepare ev’thing needed.

Untuk wisata kuliner Maumere dapat ditemui di sepanjang pelabuhan (dalam kompleks pelabuhan) yang menghadap laut lepas. Di sana kita bisa menikmati macam-macam masakan Indonesia pada umumnya (seperti lalapan), tetapi yang menjadi unggulan adalah seafood dengan harga yang cukup murah. Ada juga pasar senja di daerah Kabor, tepat di samping kali mati Bronjong, belakang pertokoan. Arak Maumere adalah salah satu arak yang terkenal di nusantara, masyarakat setempat menyebutnya moke.


Itu dulu ya perkenalan dengan Maumere Manise.. Ayo ke Maumere dan bersahabatlah dengan matahari :)


10 Comments

  1. sayang kmrn di Maumere cuma sejenak, lihat salah satu pantainya aja rasanya maknyussss... salam kenal

    https://dananwahyu.wordpress.com/2013/01/20/explore-timor-flores-2012-part-16-pantai-pertama-flores-kajuwulu/

    ReplyDelete
  2. Wah, sudah ekspore Flores & Timor nih.. keren! Iya e, lain kali sempatkan waktu lagi ke Maumere ya..
    Btw, makasih sudah berkunjung :)

    ReplyDelete
  3. wisata kuliner maumere yg d dalm plabuhan kayknya mash mahal..heheheheh...bgmna dgn makanan pinggir jalan yg djajakan malam hari...hehehehe..ikan laut bakr dgn *lawar mungkin...hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Nova, terima kasih e buat masukannya. Nanti kalo sudah kumpulkan cukup informasi tentang kuliner Maumere baru tulis lagi artikelnya.
      Nasi merah, lawar, ikan bakar haha mantap!

      Delete
  4. ina keren ko tulisan... mmmm bisa banyak belajar dan share dgn sahabat dari masa kecilku ini.
    na sy ada sedkit masukan di Maumere tentang wisata di kampung sikka, bukan cuman wisata tenun sja. di sana banyak terdapat wisata budaya tradisi dan warisan peninggalan bangsa portugis ke orang Sikka. contonya ada Rumah adat khas orang Suku Sikka, Tradisi tangkap ule nala (cacing laut) yg biasanya cuman terjadi setahun sekali menjelang perayaan paskah, dan tradisi prosesi paskah hampir mirip kaya sumana santa di Larantuka, cuman di Sikka kurang terekspos biasanya cuman orang Sikka asli dan keturunannya yg ikut itu tradisi namanya Logu Senhor, klh kita liburan pulang mof sy ajak kau dh pulang ke sy punya kampung untuk ikut itu tradisi. dan yang terakhir arsitek gereja Sikka yg bergaya Campur Portugis. oh ya dan ada satu tempat yg sayang tdk boleh di lewatkan "watu krus "di Bola itu bisa menikmati keindahan pantai selatan dimana di tengah-tengah pantai selatan ada salib besar yang tertanam di atas karang, sejarahnya sy jga kurang tau cuman sy udh pernah ke sana tempatnya keren banget.....
    Maju terus Ina dan tetap menulis... hehehhehe GBU

    ReplyDelete
    Replies
    1. Epang gawang Novi, luar biasa ni promosi Sikka-nya haha. Iya, pingin sekali sebenarnya tulis tentang itu-itu semuanya, tapi belum sempat pergi dan kurang info. Mantap teman, mungkin kita perlu duduk 'babong' tentang tentang Nian Sikka tercinta ni. Ya mari kita budayakan menulis, sukses teman. Terima kasih banyak buat apresiasinya :) Gbu too.

      Delete
  5. Flores selalu menjadi mimpi saya sedari pertama mulai traveling. Banyak teman-teman di seminari yang berasal dari sana. Sayang sekali biaya yang tidak sedikit untuk kesana membuat saya mengurungkan niat sementara.

    Masalah transport dan akomodasi yang mahal selalu menjadi pertimbangan saya untuk kesana.

    ReplyDelete
  6. Ia mas, wisata Flores masih alami dan bagusnya tidak dibuat-buat. hehe. Naik kapal saja mas kalo mo ke Flores, harganya beda jauh sama pesawat. Bolehlah penginapan nebeng di rumah teman anak seminari dulu :D
    Salam kenal mas, salam jalan-jalan.. Makasih sudah berkunjung :)

    ReplyDelete
  7. saya pernah ke maumere,dan saya suka wisata kuliner sayangnya dimaumere saya tidak menemukan makanan khasa maumere, yang ada hanya lalapan, bakso dll, pokoknya makanan umumlah, perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat setempat ato pemerintahnya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, wisata kuliner belum begitu menonjol.. Tapi sekarang sudah terdapat beberapa warung yang mulai menjual makanan khas Maumere, seperti nasi merah, lawar, ikan bakar, ubi rebus dan sambal segar a la Maumere :) Nanti kalo ke Maumere lagi bisa cari warung ini di pasar senja.
      Terima kasih sudah berkunjung ke Hutan Besar :)

      Delete