Hutan Besar ...
Tengah hari ini saya memutuskan untuk menikmati me time di malam hari setelah misa. Saya merayakan Ekaristi Hari Minggu di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kidul Loji, dekat Nol Km Jogja. Selesai misa, dengan sudah membawa laptop saya melangkah menuju Indische Koffie dalam kawasan Museum Benteng Vredenburg. Ini pertama kalinya saya ke sini. Waktu on the way ke gereja saya minta rekomendasi coffee shop yang bisa wifi-an di sekitar Nol Km, dan seorang teman menyarankan tempat ini.
Begitu masuk saya langsung jatuh cinta pada atmosfer resto ini, what a lovely place to be.. a perfect path for a me time. Kali ini tanpa kopi, hanya segelas teh tarik panas dan nasi mawut (nasi goreng yang dicampur mie, Indonesia banget). Sambil menghidupkan komputer jinjing, saya mengamati seluruh ruangan ini. Klasik, elegan, telak terinspirasi gaya tempo dulu. Dari salah satu penjuru ruangan terdengar lagu-lagu oldies bergaya keroncong.


Begitu pesanan saya datang, saya langsung menyantapnya. Tak kurang setengah jam, saya dikejutkan dengan sebuah acara kecil yang luar biasa bermutu. Ternyata para sastrawan, budayawan & wartawan Yogya turut hadir di tempat ini. Ya, tak sedikitpun saya duga. Wohooo.. betapa beruntungnya saya. Di sini sedang dilangsungkan launching antologi yang berjudul 'Pesta Puisi Rakyat Sleman' berisikan 100 lebih puisi. Antologi ini adalah sebuah karya eksklusif ciptaan masyarakat Sleman melalui program "Nulis Puisi Saisane" (Menulis Puisi Semampunya), yang lahir dalam rangka memeriahkan hari jadi Kabupaten Sleman dan digagas oleh Divisi Sastra Lingkar Budaya Sleman. Luar biasa :)) Dan yang lebih hebatnya adalah ketika antologi ini adalah kumpulan puisi mulai dari anak SD, tukang becak sampai penyair yang sudah tersohor. Ya, dan beruntungnya saya bisa bertemu dengan penyair-penyair luar biasa tersebut di malam ini. Ada Landung Simatupang, Slamet Riyadi Sabrawi, Krishna Miharja, dan yang paling wow ada Bapak IBS <3 Bahagia sekali bisa menyimak langsung beliau-beliau ini membacakan puisi karya mereka.

Rupanya pihak LBS meminta masyarakat awam yang tak pernah bersinggungan dengan dunia "syair" untuk menulis puisi tentang apa saja dengan tidak memikirkan format dan kualitasnya. Luar biasa, saya begitu mengapresiasi ... ada keseimbangan di sana. Pemerintah Kabupaten Sleman pun bisa mendengar suara hati masyarakatnya lintas-kelas, bukankah puisi adalah curahan hati yang dalam? Menulis dengan suka cita, tanpa tekanan akan kualitas, sungguh sangat baik, tak perlu mengotori dinding orang.

Yah, terima kasih kakiku telah membawaku ke sini. Tempat & suasana yang syahdu. Pasti akan kembali lagi ke sini.





0 Comments