Hari ke-8 di tahun yang baru ini saya diajak seorang sahabat ke Batik Wair bersama kawan-kawannya dari Mapala Unipa. Saya baru pertama kali mendengar nama obyek wisata itu, dan bocoran dari teman saya itu katanya Batik Wair adalah Grand Canyon-nya Flores. Hm, pasti seru! Dengan tidak berniat untuk kepo berbagai hal tentang Batik Wair saya pergi bersama mereka di pagi jelang siang yang cukup terik.

Batik Wair berlokasi di Desa Lela, Kecamatan Lela, masih satu kabupaten dengan tempat tinggal saya Maumere, yaitu Kabupaten Sikka, Flores. Jalan yang ditempuh mudah saja, tinggal mengikuti jalur jalan Maumere-Lela  yang tergolong jalan bagus tak lebih dari satu jam. Masuk wilayah desa ikuti saja terus jalan yang belum beraspal di bawah rindangnya pepohonan. Perhatikan  sisi kanan jalan dengan seksama untuk mendapati sungai yang nantinya akan disusur. Ketika sudah menjumpai sungai, kami memarkir kendaraan di pinggir jalan. Setelah itu kami berjalan kaki menurun ke arah sungai dan menyusur ke arah barat menuju bendungan untuk sekedar melihat-lihat.
Dari waduk kami kembali ke arah hulu dan terus menyusuri sungai sampai tiba di Batik Wair. Di beberapa  titik di sungai, kami menjumpai warga setempat yang sedang mandi, mencuci atau sekedar mengambil air minum dari mata air.

Begitu tiba di lokasi saya langsung  terkesima oleh alur yang membentuk corak pada dinding batu yang terlukis alami oleh aliran air. Batuan-batuan ini mengapit air sungainya yang mengalir tenang. Eksotis sekali. Ditambah lagi tempatnya sejuk dan sunyi, menunjang untuk menghabiskan waktu yang cukup lama di sini untuk sekedar nongkrong dan berbagi cerita sambil menikmati keindahannya. Mungkin batuan-batuan bercorak di sini yang membuatnya disebut sebagai Batik Wair (air batik).

Keunikan pola bebatuan Batik Wair memang mirip dengan Antelope Canyon di Amerika Serikat, yang berbeda sepertinya warna bebatuan dan tentu ukurannya.













2 Comments