"... Tuhan, kumohon berikanlah cinta kasih dan berkat-Mu
Maka, cukuplah bagiku, tiada lain yang kuinginkan, oh Tuhan.
"

Di atas adalah penggalan lagu yang sangat sering saya lantunkan setiap pagi saat sedang menyetir motor dari rumah ke tempat kerja di Ledalero. Lagunya berjudul Ambillah dan T'rimalah dari doa St. Ignatius Loyola. Lagu ini selalu saya lantunkan bergantian dengan Make Me A Channel of Your Peace dari doa St. Fransiskus Asisi.

Bila ditanyakan orang kudus idola, dua besar dari saya adalah St. Fransiskus Asisi dan St. Ignatius Loyola. Nama yang terakhir adalah seorang tentara, mistikus, penulis, juga guru. Dia mendirikan ordo Jesuit yang terkenal karena pendidikan, pekerjaan misionaris, pembelajaran, dan latihan spiritual.

Perkenalan saya dengan St. Ignatius Loyola bermula pada 2018 lalu, ketika saya mengikuti Misa di Gereja St. Ignatius Loyola di Menteng, Jakpus. Pulang Misa, saya mencari tahu banyak hal tentang sang santo. Dari riset kecil itu, saya mulai mengidolakannya.

Hari ini adalah hari pesta St. Ignatius Loyola, hari besar bagi para Jesuit dan lainnya di lingkungan Ignatian. Hari ini juga hari hari istimewa bagi saya. Sudah menjadi kebiasaan saya untuk mengikuti Misa harian ketika ada peringatan wajib orang kudus, santo/santa, terutama idola saya. Sayangnya, hari ini saya bangun kesiangan dan melewatkan kesempatan Misa pagi di Biara Simeon Ledalero yang biasa dimulai pada pukul 06.15 dan saya putuskan untuk mengikuti Misa yang tayang di Youtube pagi tadi. Namun, saya ingin menulis pemikiran, perasaan saya tentang St. Ignatius Loyola.

Jujur, sejak saya semakin banyak mempelajari sosok St. Ignatius Loyola, saya melihatnya semakin kompleks. Tentu setiap orang dapat menemukan sesuatu yang disukai dari St. Ignatius. Kita kerap mendengar tentang orang kudus yang sering tidak tahu apa yang Tuhan inginkan darinya, lalu membuat banyak kesalahan saat mencari tahu panggilannya. Santo/santa yang menemukan kebijaksanaan, tahu tentang plan E, setelah plan A, B, C, dan D tidak berjalan dengan baik.

Saya menyukai dua hal tentang St. Ignatius. Orang yang dibentuk dalam spiritualitas Ignatian biasanya kontemplatif dalam bertindak. Bagi saya hal itu sesederhana "berdoa dan bekerja", keduanya berjalan beriringan sepanjang hari.

Kedua adalah pertanyaan yang St. Ignatius ingin agar kita terus tanyakan pada diri kita sendiri: Apa yang sebenarnya saya inginkan? Gali dan cari tahu keinginan, ketakutan, ambisi, dan impian kita, lalu hubungkan dengan keinginan terdalam dari hati kita (desire). St. Ignatius percaya bahwa ketika kita menyentuh “hal-hal yang terdalam dalam hati kita” di situlah kita akan menemukan Tuhan.

Spirit St. Ignatius, bagi saya, tampak dalam Doa Penyerahan atau lebih dikenal sebagai Suscipe Prayer, yang dia tulis .

Take, Lord, and receive all my liberty,
my memory, my understanding,
and my entire will,
All I have and call my own.
You have given all to me.
To you, Lord, I return it.
Everything is yours; do with it what you will.
Give me only your love and your grace,
that is enough for me.

Ambillah Tuhan dan terimalah
Seluruh kebebasanku, ingatanku,
pikiranku dan segenap kehendakku,
segala kepunyaan dan milikku,
Engkaulah yang memberikan,
padaMu Tuhan kukembalikan.
Semuanya milikMu,
Pergunakanlah sekehendakMu.
Berilah aku cinta dan rahmatMu,
cukup sudah itu bagiku.

Pertama kali saya membaca doa ini, saya meneteskan air mata karena terharu. Betapa doa ini menunjukkan teladan St. Ignatius Loyola. Saya melihat penyerahan diri sekaligus optimismenya.

Hal lain yang saya suka dari St. Ignatius adalah dia mengajak kita untuk menemukan Tuhan dalam segala hal; baik dan buruk, besar dan kecil. Dia memilih nama Jesuit untuk ordo yang dia dirikan Jesuit/Yesuit (atau Serikat Yesus) sehingga mereka akan selalu menunjuk kepada Kristus dan berusaha melakukan segalanya untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar (Ad maiorem Dei gloriam). Bagi seorang Ignatius, semuanya adalah tentang Kristus.

Hari ini, Sabtu, 31 Juli, selamat mengenang dan merayakan hidup St. Ignatius Loyola serta semua kebaikan yang dia dan Jesuit lakukan untuk Gereja dan dunia. 

*Saya selalu ingin menamai anak saya kelak mengikuti nama St. Ignatius yang juga harum melalui orang-orang hebat tanah air antara lain Kardinal Ignatius Suharyo, Ignasius Jonan, dan pahlawan nasional Ignatius Slamet Riyadi.

1 Comments