SELAMAT Hari Anak Nasional! Bila Perserikatan Bangsa-Bangsa merayakan Hari Anak Sedunia setiap 20 November, Indonesia merayakannya hari ini, 21 Juli.

Negara-negara biasanya merayakan Hari Anak sebagai bentuk penghargaan bahwa anak-anak merupakan aset yang amat penting dan berharga bagi bangsa. Sementara, Hari Anak Sedunia lebih menggunakan hari ini untuk mempromosikan persaudaraan antara anak-anak di seluruh dunia serta kesejahteraan anak-anak di dunia.

Sudah sejak lama saya mencintai anak-anak dan dunia mereka. Banyak kesempatan juga yang membuat saya bergaul dekat dengan anak-anak. Setidaknya beberapa yang membekas adalah berikut:

Pertama, dalam bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta, 2010 silam, saya dipercaya menjadi koordinator untuk PIA Katolik korban bencana. Ini semacam sekolah minggu yang diadakan hampir setiap hari di Posko UPN, Condong Catur. Setiap hari, saya dan teman-teman UKM Katolik "Albertus Magnus" menyiapkan materi dan mendampingi anak-anak pada sore hari.

Kedua, saat KKN di Sleman, salah satu proker kami adalah mengajar anak-anak di dukuh. Salah satu tugas saya adalah menangani program ini. Rupanya, karena saya cewek satu-satunya dalam kelompok, proker ini rasa-rasanya cuma saya sendiri yang mengerjakan haha sedang teman-teman saya hanya mengambil peran sebagai suporter dan penonton. Sekitar 2-3 hari sekali ada kelas bimbel di rumah Pak Dukuh. Bahkan ketika tidak ada kelas, bocah-bocah selalu mendatangi kami setiap pulang sekolah. Puji Tuhan, setelah KKN, ada orang tua yang meminta saya untuk memberi les anak mereka. Lumayan buat nambah uang saku.

Ketiga, saat aktif di Youth for Climate Change DI Yogyakarta, kami beberapa kali melakukan edukasi lingkungan bagi anak-anak di Jogja melalui kegiatan outbond. Ini selalu menjadi hal yang menggembirakan bagi saya.



Keempat, saat berkarier sebagai jurnalis di Jakarta, saya mendapat kesempatan untuk kerja sampingan sebagai guru ekstrakurikuler di SDN Cempaka Putih Barat 17 Pagi, Jakarta Pusat. Dua kali seminggu saya mengajar sejak tahun ajaran 2018/2019. Saya begitu menikmati menjadi guru ekskul ini, meski harus pintar-pintar atur waktu bila ada tugas liputan di jam sama atau agenda lain yang waktunya mepet. Belum lagi, jarak kantor di Kebon Jeruk dengan Cempaka Putih yang kalo naik Grab Bike ongkosnya aduhai, naik KRL lamanya minta ampun. Jam 7 pagi saya wajib sudah standby di Stasiun Palmerah dan berdesakkan di KRL, tapi saya nikmati betul-betul. Anak-anak di sini begitu ekspresif. Paling bahagia adalah saat saya telat sampai di sekolah dan mereka sudah menunggu, mereka akan berlari ke arah saya, menyambut sambil memanggil, "Ka Hermiiiinn!" Ada yang menggandeng tangan, ada yang memeluk. Rasanya luar biasa. Sambutan ini juga semakin hangat mana kala saya harus absen karena ada tugas liputan luar kota. Saya tahu mereka pasti menanti saya, juga oleh-oleh yang tidak pernah saya lupakan. Di setiap ulang tahun mereka, saya selalu menghadiahi mereka buku bacaan. Lucunya, meski saya sudah mencatat tanggal lahir mereka, biasanya dua atau tiga minggu jelang ulang tahun mereka, mereka akan bisik-bisik atau japri di WhatsApp, "Ka Hermin, aku tanggal xx ulang tahun lho, Kak." So cute! 

Kelima, saya juga sempat menjadi volunteer mengajar bahasa Inggris bagi anak-anak di Kampung Koran Kompas Gramedia, Palmerah. Meski tak sesering mengajar ekskul di sekolah, perjumpaan bersama bocah selalu menjadi sesuatu yang mengisi hati saya. 

Gowes bersama anak-anak les🚲 Saat istirahat di cafe di Pensip 

Keenam, kini saat kembali di Maumere, saya mengisi waktu sore saya usai ngantor dengan memberi les kepada anak-anak. Cukup banyak perbedaan yang saya temukan antara anak-anak di sini dengan anak-anak di kota besar. Mereka begitu unik. Anak-anak les di sini easy going dan that's what makes them unique and so loveable.

Last but not least, peran saya sebagai auntie bagi ponakan-ponakan tersayang yang jumlahnya terus bertambah tiap tahun. Relasi yang satu ini begitu istimewa. Saya rela lakukan apa saja untuk mereka. Dan meskipun beberapa orang menilai saya pelit, saya berani jamin, saya tidak pernah pedulikan berapa rupiah pun untuk membahagiakan para ponakan. Bahkan selama di Jakarta, tak terhitung berapa duit yang tewas untuk berbagai model pakaian anak-anak serta puluhan buku anak yang selalu saya belanjakan, kirim, atau bawa saat mudik untuk mereka. Dan bila ada kumpul keluarga, jangan kaget bila saya selalu berada di antara para ponakan, bermain dan belajar bersama mereka.

Kadang saya berpikir, kenapa saya begitu sayang pada anak-anak? Saya selalu senang menjaga anak-anak, termasuk anak-anak tetangga. Ada orang yang pernah bilang, biasanya anak bungsu seperti itu. Ada kala jawaban otomatis dari benak saya, "Ya iyalah, bagaimana bisa ada orang yang tidak mencintai anak-anak? Itu kayaknya memang human nature untuk ngemong dan melindungi."

Setelah dipikir-pikir, sepertinya kecintaan saya kepada mereka adalah karena apa adanya mereka. Tangan yang mungil, ketawa yang renyah, mata yang berbinar. Anak-anak tampaknya selalu remain positive. Tidak peduli apa yang sedang terjadi, kebanyakan anak cenderung memiliki harapan dan optimisme, sesuatu yang hilang dari orang dewasa - saya dan kita ketika beranjak dewasa. Anak-anak percaya pada ide dan imajinasi mereka. Saya suka dikelilingi anak-anak juga karena mereka selalu bisa brighten up my day, magically. Mood bisa naik begitu saja hanya dengan melakukan percakapan kecil dengan mereka.

Karakteristik lain yang saya sukai dari anak-anak adalah mereka gigih dan tidak mau terima jawaban "tidak". Haha, agak ngeselin kadang. Ketika keponakan saya meminta buku atau mainan tertentu, mereka akan terus bertanya. "Oncu, jangan lupa e saya punya mainan dokter.." dll. Lucunya, walaupun kadang mereka tahu saya bisa saja mengatakan tidak untuk beberapa hal, mereka masih akan tetap menemukan cara kreatif untuk meminta dan bertanya, sampai ujung-ujungnya saya akan luluh. Anak-anak terus mengejar apa yang mereka inginkan. Ini adalah kualitas yang saya rasakan perlahan memudar dari diri saya, dalam hal mengejar impian tertentu.

Rata-rata anak-anak adalah individu yang jujur aka polos. Mereka akan membicarakan apa saja yang ada di benak mereka tanpa filter, tanpa takut bagaimana orang lain akan bereaksi. Mereka dapat memberi tahu kita apa saja. Kadang-kadang saya bertanya-tanya mengapa mereka berpikir seperti itu, tetapi di lain waktu saya juga berpikir bahwa dia adalah anak yang luar biasa cerdas.

Saya selalu berusaha dan berharap menjadi sosok terbaik diri saya ketika berada di antara anak-anak. Semoga saya juga Anda, orang dewasa yang membaca catatan saya ini, mengasihi dan melindungi anak-anak setiap saat. Mengasihi dan melindungi anak-anak yang dekat dengan kita maupun yang tidak kita kenal. Mengasihi dan melindungi anak-anak yang hidup bahagia bersama keluarga maupun yang sebatang kara. Mengasihi dan melindungi anak-anak yang sejahtera dan yang tidak beruntung.

Bagi saya cara terbaik mengasihi anak-anak adalah dengan membantu mereka menikmati masa kecil mereka sebagai anak-anak. Ajak mereka bermain, menyanyikan lagu anak, ceritakan dongeng, temani menonton kartun anak-anak. Sesederhana itu. 

Anyway, Selamat Hari Anak untuk semua anak Indonesia, terkhusus anak-anak yang pernah ada dalam babak-babak hidup saya! Selamat menikmati masa kecil yang tak akan terulang dua kali. Bermainlah sepuasnya dengan gembira. Semoga sinar mentari yang cerah, langit yang biru, dan udara segar menjadi bagian masa kanak-kanak yang tak terlupakan. Tetap sehat, kuat, dan semangat!

Juga Selamat Hari Anak untuk para guru dan orang tua, juga siapa saja yang memberi sebagian diri mereka untuk mengasihi, mendidik, dan melindungi anak-anak. 

2 Comments