Backpacker Sehari Ke Semarang
Entah angin apa yang telah membuat saya dan beberapa teman saya tiba-tiba
saja ingin ke Semarang. Setelah membuat rencana sederhana dan menentukan hari
baiknya kami pun mantap untuk ber-backpacker ria. Ini adalah backpacker tergila
saya yang pertama. Yahh, asli benar-benar backpacker: liburan tanpa neko-neko
dan yang perlu digarisbawahi adalah dari Jogja ke Semarang kami menggunakan
sepeda motor. That’s so risky you know? Tim saya kali ini terdiri dari
enam orang jadi ada tiga sepeda motor, dan di antaranya ada yang merupakan motor
sewaan. Haha, gokil! Emang niat banget buat liburan indie :D
Sesuai rencana kami hanya akan menghabiskan satu hari saja untuk liburan super singkat ke kota yang dalam sejarah dikenal sebagai kota pelabuhan dan perdagangan di Pulau Jawa ini. Yup, kami meluncur dari Jogja sekitar pukul 8.00 pagi melewati arah utara. Jalur yang ditempuh adalah melewati Sleman - Muntilan - Magelang – Secang - Ambarawa - Ungaran – Semarang dengan jarak kurang lebih 120 Km. Jalur utara menjadi pilihan karena merupakan rute terdekat dan tercepat ketimbang jalur timur (lewat Solo) atau selatan yang justru malah bikin terputar dan jauh banget.
Perjalanan ini berawal dengan antusiasme super tinggi dengan happy ending walaupun di tengah perjalanan sempat ada beberapa hal yang bikin kesal namun lucu at the same time. Dan hal tersebut adalah kami ditilang polisi. Hahaha. Walaupun harus sempat beradu argumen sama pak polisi dan akhirnya harus tetap merogoh kocek, ini menjadi warna sendiri buat perjalanan ini. Setidaknya ada yang dipelajari: setergesa-gesa dan seletihletih apapun, tetap harus patuhi rambu-rambu lalu lintas bahkan walaupun itu hanyalah garis putih yang putus-putus (apalagi yang full) di badan jalan – seperti yang kami lakukan.
Begitu tiba di Kota Semarang senyum kamipun berseri-seri and ready for rockin the town. Perjalanan panjang melelahkan dan berjam-jam dari Jogja ini akhirnya selesai. Kami langsung menuju Lawang Sewu dengan modal plang arah Tugu Semarang. Karena ini adalah kali keduanya saya ke Lawang Sewu, jadi saya tidak akan bercerita panjang tentang wisata yang satu ini, for further information about Lawang Sewu click here. Setelah puas meng-explore bangunan kuno ini kami pun makan siang di daerah sekitar Lawang Sewu. Makanannya sangat murah, sekali makan kita cuma perlu mengeluarkan Rp 10.000,- sudah sama minumnya lagi (es teh tapi..).
Habis mengisi kampung tengah kami sempatkan nongkrong sebentar di Tugu Semarang atau juga yang dikenal dengan sebutan Tugu Muda. Mumpung jaraknya sangat dekat alias tinggal nyebrang, sayang kalo dilewati. Di tugu ini walau masih siang ada juga yang nongkrong selain kami, tempatnya sejuk soalnya. Konsepnya kayak taman kota gitu, beda sama Tugu Jogja. Kami juga sempat berinteraksi singkat dengan anak-anak penjaja koran. Mereka melakukan aktivitas ini sepulang sekolah. Suka melihat mereka: senyuman tulus di balik kesederhanaan dan bahagia dengan apa yang merka punya. :)
Okay, dari tugu perjalanan kami lanjutkan ke Sam Poo Kong, sebuah klenteng yang terletak di sebelah barat daya Kota Semarang, tepatnya di daerah Simongan. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Sam Poo Kong juga menjadi kawasan wisata. HTM obyek wisata ini cuma Rp 3.000,- buat wisatawan lokal dan 10x lipat (Rp 30.000,-) buat wisatawan mancanegara. Menurut informasi dari semarang.go.id sejarah tentang keberadaan klenteng ini tak lepas dari sosok Laksamana Tiongkok bernama Zheng He. Laksamana Zheng He sedang mengadakan pelayaran menelusuri pantai laut Jawa untuk tujuan politik dan dagang, karena ada awak kapal yang sakit ia memutuskan untuk bersandar terlebih dahulu di Desa Simongan. Karena merasa nyaman di tempat itu, ia memutuskan untuk beberapa waktu menetap ditempat tersebut. Ia lalu harus melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat tersebut, tapi banyak awak kapalnya yang menikah dengan warga setempat dan menetap di daerah Simongan. Tak heran sampai sekarang daerah Simongan banyak dihuni oleh penduduk keturunan Tiongkok. Untuk mengenang jasa-jasa dari Laksamana Zheng He/Cheng Ho, penduduk setempat mendirikan sebuah klenteng di sekitar gua tempat di mana ia sering menghabiskan waktu untuk bersemedi, yaitu Klenteng Sam Poo Kong atau Sam Poo Thay DJin.
Klenteng Sam Poo Kong terdiri atas beberapa anjungan. Bangunan pemujaan utama ialah Klenteng Besar dan Gua Sam Poo Kong, Klenteng Tho Tee Kong: tempat - tempat pemujaan Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan Mbah Kyai Tumpeng. Klenteng besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting di antara semuanya, dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan di komplek tersebut. Bangunan klenteng merupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan tipe klenteng yang ada di Pecinan, klenteng ini tidak memiliki serambi atau balai gerbang yang terpisah. Letih dan gerah terhapuskan dengan keanggunan bangunan ini. Untuk sesaat berasa seperti sedang di Cina. :D Dan karena hari sudah senja kami pun bergegas meninggalkan Simongan menuju Simpang Lima untuk makan dan sekedar duduk-duduk bercerita di lapangan sembari menikmati Semarang pada malam hari. Simpang Lima terkenal sebagai pusat kulinernya Semarang dan mungkin karena lagi musim liburan tempat ini ramai sekali. Di kawasan ini kita bisa temukan aneka gorengan khas Semarang, seperti lumpia dan tahu petis, ada juga pecel Semarangan yang pedas manis, berbagai macam nasi goreng, bakso dan banyak lagi.
Semarang makin ramai di malam hari, dan tentunya kami butuh tempat untuk mandi dan istirahat malam. Gua Maria Kerep Ambarawa-lah yang menanti kami dengan tangan terbuka. Kira-kira pukul 21.00 kami berangkat ke Kerep. Udaranya sangat dingin apalagi saat melewati daerah di perbukitan. Setibanya di Kerep, kami menghangatkan badan dulu dengan minuman yang dijajakan di kompleks wisata rohani ini. Setelah itu kami menuju ke Gua Maria untuk berdoa lalu mencari tempat yang PW buat tidur. Dan karena di ruang doa sedang tidak ada umat jadi kami memilih untuk “menginap” di situ, meski di dinding terpampang tulisan “RUANG DOA, DILARANG TIDUR”. Hahaha mohon tidak ditiru ya.. Apalagi kalo pake ngakak-ngikik yang tidak jelas. Oh ya FYI (for your information) Ambarawa suhunya sangat dingin jadi jangan lupa pake jaket tebal ya..
Bangun pagi-pagi mandi dan siap untuk menempuh perjalanan kembali ke Jogja :) Mumpung masih pagi dan polisi belum jaga di pos yang kemarin kami ditilang, kami sempatkan untuk mengabadikan TKP. Hahaha. Sampai di Jogja, adalah hal yang pasti bahwa kami begitu lelah, dan langsung tepar.
Finally, I’d like to thank the team for this memory: Ari, Fridz, Icha, Ovi and Piter.
Lawang Sewu & Tugu
Klenteng Sam Poo Kong
Simpang Lima
Sesuai rencana kami hanya akan menghabiskan satu hari saja untuk liburan super singkat ke kota yang dalam sejarah dikenal sebagai kota pelabuhan dan perdagangan di Pulau Jawa ini. Yup, kami meluncur dari Jogja sekitar pukul 8.00 pagi melewati arah utara. Jalur yang ditempuh adalah melewati Sleman - Muntilan - Magelang – Secang - Ambarawa - Ungaran – Semarang dengan jarak kurang lebih 120 Km. Jalur utara menjadi pilihan karena merupakan rute terdekat dan tercepat ketimbang jalur timur (lewat Solo) atau selatan yang justru malah bikin terputar dan jauh banget.
Perjalanan ini berawal dengan antusiasme super tinggi dengan happy ending walaupun di tengah perjalanan sempat ada beberapa hal yang bikin kesal namun lucu at the same time. Dan hal tersebut adalah kami ditilang polisi. Hahaha. Walaupun harus sempat beradu argumen sama pak polisi dan akhirnya harus tetap merogoh kocek, ini menjadi warna sendiri buat perjalanan ini. Setidaknya ada yang dipelajari: setergesa-gesa dan seletihletih apapun, tetap harus patuhi rambu-rambu lalu lintas bahkan walaupun itu hanyalah garis putih yang putus-putus (apalagi yang full) di badan jalan – seperti yang kami lakukan.
Begitu tiba di Kota Semarang senyum kamipun berseri-seri and ready for rockin the town. Perjalanan panjang melelahkan dan berjam-jam dari Jogja ini akhirnya selesai. Kami langsung menuju Lawang Sewu dengan modal plang arah Tugu Semarang. Karena ini adalah kali keduanya saya ke Lawang Sewu, jadi saya tidak akan bercerita panjang tentang wisata yang satu ini, for further information about Lawang Sewu click here. Setelah puas meng-explore bangunan kuno ini kami pun makan siang di daerah sekitar Lawang Sewu. Makanannya sangat murah, sekali makan kita cuma perlu mengeluarkan Rp 10.000,- sudah sama minumnya lagi (es teh tapi..).
Habis mengisi kampung tengah kami sempatkan nongkrong sebentar di Tugu Semarang atau juga yang dikenal dengan sebutan Tugu Muda. Mumpung jaraknya sangat dekat alias tinggal nyebrang, sayang kalo dilewati. Di tugu ini walau masih siang ada juga yang nongkrong selain kami, tempatnya sejuk soalnya. Konsepnya kayak taman kota gitu, beda sama Tugu Jogja. Kami juga sempat berinteraksi singkat dengan anak-anak penjaja koran. Mereka melakukan aktivitas ini sepulang sekolah. Suka melihat mereka: senyuman tulus di balik kesederhanaan dan bahagia dengan apa yang merka punya. :)
Okay, dari tugu perjalanan kami lanjutkan ke Sam Poo Kong, sebuah klenteng yang terletak di sebelah barat daya Kota Semarang, tepatnya di daerah Simongan. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Sam Poo Kong juga menjadi kawasan wisata. HTM obyek wisata ini cuma Rp 3.000,- buat wisatawan lokal dan 10x lipat (Rp 30.000,-) buat wisatawan mancanegara. Menurut informasi dari semarang.go.id sejarah tentang keberadaan klenteng ini tak lepas dari sosok Laksamana Tiongkok bernama Zheng He. Laksamana Zheng He sedang mengadakan pelayaran menelusuri pantai laut Jawa untuk tujuan politik dan dagang, karena ada awak kapal yang sakit ia memutuskan untuk bersandar terlebih dahulu di Desa Simongan. Karena merasa nyaman di tempat itu, ia memutuskan untuk beberapa waktu menetap ditempat tersebut. Ia lalu harus melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat tersebut, tapi banyak awak kapalnya yang menikah dengan warga setempat dan menetap di daerah Simongan. Tak heran sampai sekarang daerah Simongan banyak dihuni oleh penduduk keturunan Tiongkok. Untuk mengenang jasa-jasa dari Laksamana Zheng He/Cheng Ho, penduduk setempat mendirikan sebuah klenteng di sekitar gua tempat di mana ia sering menghabiskan waktu untuk bersemedi, yaitu Klenteng Sam Poo Kong atau Sam Poo Thay DJin.
Klenteng Sam Poo Kong terdiri atas beberapa anjungan. Bangunan pemujaan utama ialah Klenteng Besar dan Gua Sam Poo Kong, Klenteng Tho Tee Kong: tempat - tempat pemujaan Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan Mbah Kyai Tumpeng. Klenteng besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting di antara semuanya, dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan di komplek tersebut. Bangunan klenteng merupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan tipe klenteng yang ada di Pecinan, klenteng ini tidak memiliki serambi atau balai gerbang yang terpisah. Letih dan gerah terhapuskan dengan keanggunan bangunan ini. Untuk sesaat berasa seperti sedang di Cina. :D Dan karena hari sudah senja kami pun bergegas meninggalkan Simongan menuju Simpang Lima untuk makan dan sekedar duduk-duduk bercerita di lapangan sembari menikmati Semarang pada malam hari. Simpang Lima terkenal sebagai pusat kulinernya Semarang dan mungkin karena lagi musim liburan tempat ini ramai sekali. Di kawasan ini kita bisa temukan aneka gorengan khas Semarang, seperti lumpia dan tahu petis, ada juga pecel Semarangan yang pedas manis, berbagai macam nasi goreng, bakso dan banyak lagi.
Semarang makin ramai di malam hari, dan tentunya kami butuh tempat untuk mandi dan istirahat malam. Gua Maria Kerep Ambarawa-lah yang menanti kami dengan tangan terbuka. Kira-kira pukul 21.00 kami berangkat ke Kerep. Udaranya sangat dingin apalagi saat melewati daerah di perbukitan. Setibanya di Kerep, kami menghangatkan badan dulu dengan minuman yang dijajakan di kompleks wisata rohani ini. Setelah itu kami menuju ke Gua Maria untuk berdoa lalu mencari tempat yang PW buat tidur. Dan karena di ruang doa sedang tidak ada umat jadi kami memilih untuk “menginap” di situ, meski di dinding terpampang tulisan “RUANG DOA, DILARANG TIDUR”. Hahaha mohon tidak ditiru ya.. Apalagi kalo pake ngakak-ngikik yang tidak jelas. Oh ya FYI (for your information) Ambarawa suhunya sangat dingin jadi jangan lupa pake jaket tebal ya..
Bangun pagi-pagi mandi dan siap untuk menempuh perjalanan kembali ke Jogja :) Mumpung masih pagi dan polisi belum jaga di pos yang kemarin kami ditilang, kami sempatkan untuk mengabadikan TKP. Hahaha. Sampai di Jogja, adalah hal yang pasti bahwa kami begitu lelah, dan langsung tepar.
Finally, I’d like to thank the team for this memory: Ari, Fridz, Icha, Ovi and Piter.
Lawang Sewu & Tugu
Klenteng Sam Poo Kong
Simpang Lima
Technorati Tags: backpacker,Jogja,Semarang,Lawang Sewu,Tugu,Klenteng,Sam Poo Kong,Simpang Lima,Gua Maria,Kerep,Ambarawa
0 Comments