Air Panas Blidit
Maumere
ternyata punya
wisata pemandian air panas dengan pemandangan yang keren sekali di
kaki Gunung Egon.
Tempatnya luar biasa alami, panasnya uyeee,
udaranya segar dan terhampar pemandangan pegunungan hijau. Yippie.. Air Panas Blidit aka Blidit Hotspring terletak di bagian timur Kabupaten Sikka. Dari
Kota Maumere tinggal mengikuti jalan trans Flores menuju Larantuka belok kanan
ikuti plang dan lurus saja sampai ketemu pertigaan (agak samar) yang ada bak
penampung air warga setempat.
Awalnya saya dan keempat teman saya; Ferdy, Hando, Iskar dan Si Oom sempat nyasar; bablas melewati “bak patokan.” Kalo bingung tanya saja ke warga desa mereka akan menjawab dengan ramah. Tenang saja, orang-orang desa di Flores bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Awalnya saya dan keempat teman saya; Ferdy, Hando, Iskar dan Si Oom sempat nyasar; bablas melewati “bak patokan.” Kalo bingung tanya saja ke warga desa mereka akan menjawab dengan ramah. Tenang saja, orang-orang desa di Flores bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Begitu
sampai di pertigaan beberapa anak Desa Blidit menghampiri kami. Dengan polos,
riang dan tulus plus kaki kosong alias “nyeker” mereka mengantarkan kami ke lokasi
air panas. Jadilah mereka ‘guide cilik’ kami. Kendaraan kami parkir hanya
beberapa meter dari pertigaan.
Selanjutnya
jalan kaki adalah keharusan untuk bisa sampai ke lokasi. Jalanan menuju air panas masih
benar-benar asli. Tidak ada gapura, penunjuk arah apalagi loket
karcis masuk. Yang ada hanyalah
jalan setapak kecil. Pas ketemu jalan menurun harus extra waspada, soalnya
di sebelah kanan turunan ada jurang. Karena tidak ada pagarnya pegangan saja di
akar-akar pohon.
Air Panas Blidit ini memang
belum begitu popular, bahkan
di kalangan orang Maumere sendiri. Entah karena
belum terkenal makanya belum ada perhatian pemerintah atau sebaliknya karena
belum ada perhatian pemerintah makanya belum terkenal.
Setelah naik turun
jalan setapak yang butuh usaha cukup, suara
air mulai terdengar.
Rasanya tak sabar ingin sampai. Tapi sebelum sampai ke sana kita harus melewati air sungai yang mengalir
berundak-undak melewati bebatuan di antara hutan. Barulah setelah itu sampai di
air panasnya. Perjalanan kaki yang ditempuh tersebut kira-kira bisa mencapai 2
Km. Namun pesona alam serta semangat membuat perjalanan ini tidak menjadi
beban. Apalagi sepanjang jalan pasti selalu ada bahan buat tertawa, membuat
perjalanan ini begitu menyenangkan.
Sumber air panas Blidit berasal
dari Gunung Egon, jadi ia terletak di salah satu bagian kaki Egon. Gunung
Egon adalah salah satu gunung api aktif di Flores, itulah sebabnya air panas
ini mengandung blerang. Cocok sekali buat
kesehatan kulit, jadi yang mengidap penyakit kulit bisa terbantu
penyembuhannya. Alami dan gratis!! Hihi..
Waktu
tiba ada dua orang bule Eropa bersama guide lokalnya, yang tak lama setelah
kami datang mereka beranjak pergi. Permandian air panas tak cukup memuat lebih
dari lima orang. Fortunately, setelah sepasang bule itu pergi, tak ada
pengunjung lain. Seolah tempat ini milik kami. :DD Anyway, tak Cuma air panas
yang bisa kita nikmati di sini. Ada air setengah panas alias hangat dan ada juga
air dingin yang alirannya bertingkat menyerupai air terjun mini.
Sebentar-sebantar kami berendam di air panas/hangat, sebentar-sebentar bermain
di air dingin. Kalo saya sendiri berendam
di air panasnya betul-betul sebentar. Ga kuat, Choy hihi.. saya lebih memilih
air hangat and mostly air dingin. Tubuh
rasanya segaaaaaar
sekali!
Kami bermain
air bersama tiga guide cilik kami, menikmati alam yang hijau, fresh, bersih
tanpa dibuat-buat, dan melaksanakan ritual foto-foto selama beberapa jam lalu
bersiap pulang meninggalkan lokasi.
Perjalanan berpanas-panasan yang kami tempuh waktu datang
dan kembali dari lokasi air panas menuju parkir sepadan dengan apa yang kami dapat di air panas Blidit. Cukuplah untuk menghilangkan kejenuhan
saat beraktitas rutin.
Lagi,
traveling mampu
membawa saya pada
pemahaman yang lebih
mendalam tentang bukti keagungan Tuhan dengan seluruh ciptaan-Nya. So I whisper to myself, “Go and see all I possibly can.”
Terima
kasih Blidit, terima kasih Egon, terima kasih tante di Waigete tempat kami
numpang makan gratis :D, terima kasih guide cilik (Johnny, … ) dan terima kasih
Djo, Ando, Iskar & Oom :)) Semoga suatu saat bisa ke sana lagi.
PS.
Kalau ke sana silakan bawa pulang kembali sampah anorganik.
Siapa
pun yang menjadi guide-mu di sana, dialah yang menunjuk jalan dan menghabiskan
waktu bersamamu. So, hargai local guide-nya dengan pantas yaaa :D
Cheeerss!!
6 Comments
COba daerah wonosobo ada beberapa air terjun, tp kalau kemarau begini kurang tau.
ReplyDeleteaku lupa namanya dan belum sempet kesana juga :D
tp overall dari observasi keren dan worth banget
This comment has been removed by the author.
DeleteNa... lama tak berjumpa :)
ReplyDeleteDan sebagai orang maumere saya juga baru tahu setelah membaca blog ini.
boleh ini untuk dicoba saat pulang kampung nantinya :)
miss you na..... GBU ^_^
Noy dear.. Miss u too ^^ Saya juga baru tahu pas pulang ini.. Iya ini must visit ni.. Gbu too dear..
DeleteJadi penasaran.... Dan pengen kesana, ijin share Ya epang gawan
ReplyDeleteSemoga kesampaian ya, Titin.. Epan gawan juga sudah berkunjung ke Hutan Besar :))
Delete