Hari 17 Boelan 8 Tahoen 11 di Keraton Solo
Tanggal 17 Agustus 2011 saya dan tiga sahabat saya; Barbara, Berlindiz dan Regina merayakan hari kemerdekaan di Solo, tepatnya di Keraton Surakarta (Solo). Jarak tempuh Jogja – Solo hanya sekitar 1-2 jam.
Kami membeli tiket dari pintu gerbang utara sehingga bisa melihat dan mengabadikan beberapa landscape yang sangat terkenal, yaitu pintu berwarna biru (Kori Kamandungan) dan menara yang berdiri megah. Apabila dari pintu yang satunya, maka akan didapati pemandangan yang serba biru di dinding namun hijau lumut dilantainya. Untuk harga tiket masuk Keraton Surakarta cukup terjangkau, hanya sekitar Rp 10.000,- untuk umum. Bagi pengunjung yang ikut rombongan atau pelajar sekolah, harga tiket bisa lebih murah. Namun bagi foreigner tiket masuk Keraton Surakarta hanya Rp 12.500,-. Biaya parkirnya sebesar Rp 2.000,- dan bagi yang membawa kamera, maka ditambah biaya sebesar Rp 3.500,-. Sangat terjangkau.
Tahu ‘kan apa nama keratonnya?? Yups.. Benar banget.. Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kalau yang di Jogja namanya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Promosi Jogja boleh dong. Hehe.. Jogja ‘kan istimewa.. Lho kok jadi ngegosipin Jogja sih?? Ayo, balik ke Solo…
Karena pepatah yang berkata bahwa ‘tak kenal maka tak sayang’ adalah benar – saya telah mengalami dan membuktikannya sendiri dengan mata kepala saya sendiri. Waktu itu….. (curhat) haha..
… maka ada baiknya kalau kita berkenalan dengan Keraton Solo (baca Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat). Wah, caranya piye jal? Kita lihat sebentar yuk sejarah Keraton Solo. Ayooookk…
Keraton Surakarta merupakan keraton dengan gaya dan arsitektur yang sangat unik. Keraton ini tertelak di kota Surakarta biasa disebut dengan nama Solo yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Keraton Solo merupakan perpaduan yang megah antara gaya Eropa dan etnik Jawa dalam setiap sudut dan tata ruangnya.
Keraton Solo didirikan oleh Pakubuwono II pada tahun 1745. Sebelumnya ibukota keraton berada di Kartosuro, kira-kira 12Km dari arah barat Surakarta.
Berbicara tentang Keraton, tak lepas dari sejarah kerajaan-kerajaan Islam yang dulu pernah berjaya di Pulau Jawa. Ketika Kerajaan Islam Pajang mulai merosot, berdiri Kerajaan Mataram yang didirikan oleh Sultan Ageng Hanyokrokusumo. Dalam beberapa dekade, kerajaan ini sangat kuat dan jaya, namun akhir Kerajaan Mataram Islam tidak semanis masa jayanya.
Pada tahun 1755 Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua; bagian barat dan timur dengan sebuah perjanjian yang disebut Perjanjian Giyanti. Dalam kesepakatan tersebut Kerajaan Mataram Islam dibagi menjadi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berada di sebelah barat kali Opak Prambanan dan Keraton Surakarta Hadiningrat yang berada di sebelah timurnya.
Di bagian depan Keraton Surakarta berdiri sebuah bangunan yang bernama “Panggung Songgobuwono”, konon dahulu dipergunakan oleh Raja sebagai tempat bersemedi untuk dapat bertemu dengan Ratu Laut Selatan.
Di Keraton Surakarta terdapat Art Gallery yang menyimpan benda-benda kuno dan bersejarah seperti kereta kencana, keris, wayang kulit, dandang, alat untuk menanak nasi, dan lain-lain.
Yang boleh kita lihat-lihat dari keraton hanyalah pelataran belakang keraton yang terdapat pendopo tempat pertemuan. Pelataran tersebut digunakan sebagai pusat kegiatan keraton, misalnya upacara adat.
Memasuki kompleks keraton kita tidak dibolehkan mengenakan alas kaki selain sepatu. Karena saya dan teman-teman saya memakai sandal mau tak mau kami harus nyeker, kecuali Barbara. Tapi syukurnya halaman dalam keraton sangat sejuk karena pepohonan sawo kecil yang tertata rapi berjajar berjumlah 76 pohon, sangat rindang. Selain itu tanah di halaman dalam ini berupa pasir yang didatangkan dari Pantai Selatan jadi berjalan tanpa alas kakipun nyaman.Pengunjung yang berpakaian agak terbuka pun tidak diperbolehkan, namun di sana telah disediakan pakaian dan kain batik untuk menutupi bagian tubuh yang terbuka untuk digunakan oleh pengunjung yang "dianggap" tidak berpakaian sopan.
Di halaman dalam juga terdapat menara tinggi berwana putih dengan jendela biru dulu digunakan sebagai tempat untuk melihat musuh dari kejauhan. Di depan kedhaton panjang terdapat bangunan pendopo yang megah dan mewah bernama Sasana Sewaka yang dihiasi berbagai macam patung dengan gaya Yunani atau Eropa kuno berjumlah lebih dari 6 buah. Etnik Jawa bertemu Eropa; sangat unik.
Selanjutnya kita bergerak ke bangunan sebelahnya dekat dengan pintu masuk. Di dalam bangunan tersebut terdapat beberapa karya dan budaya warisan kerajaan jaman dulu. Mulai dari era Hindu-Budha hingga kerajaan Islam. Hampir mirip dengan Keraton Jogja yang menyimpan berbagai pusaka dan hasil budaya Jawa. Terdapat juga silsilah dinasti Mataram dari Ki Ageng Pemahanan hingga Pakubuwana IX. Beberapa artefak dan patung peninggalan kerajaan jamam dulu juga terdapat dibangunan tersebut, seperti batu candi, patung dewa, dan peninggalan bersejarah lainnya.
Warisan budaya seperti gong, aneka dolanan Jawa, patung raja duduk di singgah sana, berbagai macam andong yang merupakan alat transportasi raja jaman dulu. Ada juga beberapa contoh peralatan yang digunakan oleh orang-orang Jawa seperti gejog lesung, bokor tempat menanak nasi yang berukuran besar.
Di luar bangunan terdapat kayu jati wungu yang merupakan potongan kayu peninggalan sunan. Selain itu, terdapat sumur tua yang airnya sangat jernih, bisa dimanfaatkan untuk wudhu dan cuci muka. Silakan untuk minta air tersebut kepada abdi dalem Keraton Surakarta, dengan memberi sumbangan.
0 Comments