Filateli adalah hobi mengoleksi prangko dan benda-benda pos lainnya. Sebagai pengetahuan dasar tentang filateli silakan membaca artikel Mengenal Filateli. Saya mulai mengoleksi prangko sejak berumur enam tahun. Bapa saya adalah seorang filatelis, jadi kami anak-anaknya pun tertular menekuni hobi ini. Waktu itu saya hanya ikut-ikutan dan album prangko pertama saya tebalnya hanya lima lembar bolak-balik. Masa-masa kecil itu Bapa dan ketiga kakak saya begitu intens menjalani hobi ini. Saat itu prangko sangat mudah diperoleh sebab komunikasi jarak jauh dilakukan via pos dan bukan telepon seperti sekarang. Saya dan kakak-kakak sering berburu prangko ke biara frateran/susteran. Biasanya biara-biara sangat sering mendapat surat dari luar negri. Bapa sering membawa prangko dari kantor jika ada surat masuk. Hari Minggu siang kerap menjadi philately time di rumah. Kami akan mengeluarkan koleksi prangko kami masing-masing, membersihkan prangkonya, merapikan album dan tawar-menawar untuk saling menukar satu sama lain. Sangat menyenangkan.

Sejak saya duduk di bangku SMP kami mulai jarang mengurusi filateli, saya lupa kenapa. Mungkin karena waktu itu handphone mulai naik daun dan mengalahkan popularitas pos. Kakak-kakak saya waktu itu sudah meninggalkan rumah. Kak Anna telah lulus kuliah dan bekerja di Lewoleba, Kak Oni kuliah di Jogja, dan Abang sekolah seminari di luar Maumere. Sangat disayangkan, koleksi kami entah lari ke mana dan benar-benar tidak dihiraukan hampir lima tahunan. Saat lulus SMA saya merapikan buku-buku saya yang tidak dipakai lagi untuk ‘digudangkan’ bersama tumpukan koran dan buku-buku bekas lain di rumah. Waktu itu saya temukan beberapa album prangko masa kecil milik saya, abang dan Kak Oni. Kasihan lihatnya, tidak terurus selama bertahun-bertahun. Saya pun mengumpulkannya dan mulai merapikannya. Sejak itu saya mulai membangun semangat untuk menjadi filatelis lagi.


Album-album prangko yang tersisa itu saya boyong ke Jogja. Saya sangat senang karena ternyata di Jogja masih ada tanda-tanda kehidupan bagi prangko. Di Pasar Bringharjo terdapat penjual-penjual filateli dengan harga yang terjangkau. Di Jogja pun pernah beberapa kali diadakan pameran filateli.
Situs jejaring sosial seperti Facebook terasa sangat bermanfaat. Di Facebook terdapat banyak komunitas filatelis, para filatelis dari seluruh panjuru dunia bertemu dan saling berteman. Saya merasa dimudahkan untuk mencari teman filatelis. Kami sering saling berbagi prangko antar negara sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat di Facebook.


Filateli kemudian semakin menjadi salah satu hal yang begitu menarik bagi saya; mengoleksi benda kecil yang dirancang dengan sangat indah, klasik dan bermanfaat. Ya, bermanfaat sebab saat mengumpulkannya, kita serasa dekat dengan negara asal prangko dan terpacu untuk mengetahui latar belakang gambar yang ada di prangko tersebut. Mencari informasi latar belakang ini masih sering (sekali) saya lewatkan. Hehe.. Mungkin ke depannya saya harus lebihkan porsi untuk yang satu ini.

Bertambahnya kuantitas koleksi prangko saya dan seringnya saya bertukar prangko dengan teman-teman filatelis lain membuat Kak Anna memberikan semua koleksi prangkonya pada saya. :) Sepertinya mengurus keluarga kecilnya dengan dua anak yang sangat aktif membuatnya tidak sempat lagi menyentuh koleksinya dalam dua album ini.
Yah, begitulah cerita tentang saya dan filateli. Kadang-kadang filateli sering saya anak tirikan saat saya sedang keasyikan dengan hal-hal lain seperti travelling, novel atau saat pacaran sama laptop. :D



2 Comments

  1. wah dulu suka ngoleksi perangko juga ya mbak????

    samaaaaaa doonggggg...
    hihihihiih

    pas ada pameran filateli nasional di ambarukmo plaza 2011 aku juga datang ^_______^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sampe sekarang juga masih suka koleksi kok. Tinggal di Jogja juga ya? Siapa tahu nanti kita bisa tukaran perangko. Salam kenal ya Ina.. Makasih sudah berkunjung :)

      Delete