Gunung Api Purba Nglanggeran
Ini adalah pendakian gunung (bukan bukit) pertama
untuk saya. Dulu waktu masih SD kelas enam saya pernah mendaki Gg. Uyelewun di
Kedang, Lembata namun tak sampai puncak :D Nah, sebagai pendakian gunung
pertama kalinya Gg Api Purba Nglanggeran katanya cocok untuk pemula
*katatemanyangsukanaikgunung* karena jaraknya dekat dan medannya tidak seterjal
Mahameru di film 5 Cm. HR Waisak 2558 saya bersama teman-teman NTT Youth Project Chapter Jogja yang ketje-ketje
memanfaatkan hari libur ini untuk camping dan hiking di Gunung
Api Purba Nglanggeran, Wonosari, Gunung Kidul. Ternyata banyak sekali
wisatawannya baik dari Yogyakarta maupun dari luar. Memang akhir-akhir ini
kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran lagi naik daun.
Atas beberapa pertimbangan rombongan kami dibagi
menjadi 2 gelombang: yang berangkat sore dan yang berangkat malam. Saya ikut
gelombang I. Singkat cerita, jam 5 sore saya dan tujuh teman: Ovi, Franyo,
Winda, Rila, Ochi. Gerry & Lin sudah berkumpul di kampus UAJY. Dengan
mengendarai sepeda motor kami menuju ke tempat sewa peralatan outdoor di
sekitaran UNY yang tidak recommend karena masnya tidak ramah dan cukup
songong. Kami menyewa 3 tenda masing-masing kapasitas 4-6 orang (@Rp 30k) dan
15 matras (@Rp 3k). Setelah mengecek kelengkapan-kelengkapannya kami pun
meluncur menuju Gunung Api Purba Nglanggeran. Dari arah kota atau arah manapun
kita harus melewati Jl. Wonosari terus lurus sampai persis sebelum jembatan
gantung ada jalan cabang, ke kiri lalu ikuti plang. Akses menuju lokasi
termasuk bagus dengan kondisi jalanan yang meskipun jalan kampung sempit
menanjak tapi sudah aspal. Sepeda motor adalah pilihan transportasi terbaik
untuk menyusuri jalanan di kawasan perbukitan kapur ini.
Begitu sampai kami mengkonfirmasi kedatangan, lalu
diantar ke lokasi camping, sekitar 10 menit pendakian dari parkiran. Di
Gunung Nglanggeran ini terdapat 2 lokasi yang dijadikan sebagai camping
ground. Yang pertama, yang kami pilih letaknya di bawah, sudah dilengkapi
dengan fasilitas toilet dan listrik. Tempatnya lumayan luas, dan dikelilingi
batu-batu besar sehingga tenda aman dari terpaan angin. Camping ground
kedua persis di bawah puncak.
Saat itu gerimis dan sesekali hujan deras, tapi kami tetap berjuang bersama dengan skill apa adanya mendirikan tenda sambil menunggu 11 orang teman yang ikut gelombang II. Pakaian pun basah dan kering di badan tapi benar-benar tidak menjadi masalah buat kami. Hehe.. Setelah tenda selesai ada yang mulai masak-masak mie instant *anak kost sejati, dan yang lain menjemput teman-teman gelombang 2. Hujan membuat pendakian 10 menit ini menjadi agak susah karena becek dan licin.
Saat itu gerimis dan sesekali hujan deras, tapi kami tetap berjuang bersama dengan skill apa adanya mendirikan tenda sambil menunggu 11 orang teman yang ikut gelombang II. Pakaian pun basah dan kering di badan tapi benar-benar tidak menjadi masalah buat kami. Hehe.. Setelah tenda selesai ada yang mulai masak-masak mie instant *anak kost sejati, dan yang lain menjemput teman-teman gelombang 2. Hujan membuat pendakian 10 menit ini menjadi agak susah karena becek dan licin.
Tiba semuanya di lokasi, istirahat, makan dan kami pun
mulai acara kami semacam malam keakraban. Duduk melingkari api yang menyala
enggan padam tak mau, kami bernyanyi, tertawa & menikmati kebersamaan malam
itu. Jadi anak gunung memang tidak ada menu spesial untuk disantap, tapi
malam itu kami punya jagung muda istimewa beli di Bukit Bintang yang kami bakar
di bara api alakadar. Jam 2an sebagian dari kami mulai istirahat dan memejamkan
mata di tenda, namun sebagian lagi masih duduk bermain gitar, menyanyi dan
tertawa hingga fajar tiba. Maklum ada Paskal yang jago cerita MOP (anekdot
lucunya orang Indonesia Timur). :D :D
Jam 4:30 pagi (molor 1/2 jam) kami semua sudah terbangun bersiap memulai pendakian dengan tajuk 'berburu sunrise.' Hiking dengan penuh semangat melewati batu-batu tua dan besar serta tapakan licin berbecek. Ada track yang mengharuskan kita memanjat batu, tapi sudah disediakan tali tambang untuk mempermudah. Agak susah untuk dipahami dan dibayangkan bahwa di bawah tumpukan batu-batu cadas berukuran super mega jumbo ini, dulunya adalah gunung berapi besar.
Oh ya, karena masih pagi dan gelap kami sempat
menikmati kelap-kelip lampu kota Jogja. Setiap sampai di tiap pos kami
istirahat sebentar menikmati panorama yang indah luar biasa dengan angin pagi
yang segar, lumayan buat keringkan keringat. Hihi.. Damai sekali rasanya
melihat panorama alam yang hijau dan menakjubkan dari atas gunung ini. Semua
tersenyum lebar dan tampak bahagia seakan-akan semua kami melupakan masalah
yang ada. :)
Di beberapa perhentian signal ponsel full, tower
BTS & televisi bertebaran di mana-mana, boleh lah dimanfaatkan untuk
sempat-sempatin update social media. Yah begitulah kami ber-19 ini
terdiri dari pendaki alay, pendaki amatir, pendaki dadakan, pendaki korban
film dan pendaki musiman. Semakin naik, medan pun kian liar tapi kami tak
pernah putuskan untuk balik. Bahkan ketika salah jalur alias nyasar, gara-gara
sok tahu. *hihi.. Kami nona-nona dan nyong-nyong NTT yang berambisi sampai ke
puncak. :D :D Ya jelas, belum sampai puncak saja sudah bagus luar biasa apalagi
di puncak?! Ritual foto-foto jelas tak terlewatkan meskipun tidak banyak
seperti biasanya, kebersamaan dan pengalaman ini terlalu sayang untuk dilewati
hanya dengan bunyi jepretan kamera.
Alhasil, setelah sekitar 2 jam perjalanan, sampai lah
kami di puncak. Ternyata di sana sudah ada banyak rombongan yang terlebih
dahulu sampai. Detik demi detik kami lewati dengan mengagumi alam Indonesia
yang luar biasa ini, sambil sesekali berfoto-ria. Kami memang melewati moment
di mana mentari masih terlihat seperti bola emas muncul dari ufuk timur. Namun,
setiap apa yang terlihat, terasa, terhirup, terdengar sungguh semuanya luar
biasa. Setelah berjam-jam puas menikmati semuanya dan berfoto-foto kamipun
kembali menyusuri rute tadi kembali ke tenda.
Yahoo..!! Sesampainya di tenda kami mengisi perut, bersenda gurau lalu membongkar tenda dan bersiap melanjutkan perjalanan ke Pantai Sadranan. Kami anak NTT; kami anak gunung kami juga anak pantai. :)
Osa, Ona, Ambu, Fikha, Ochi, Lin, Nong, Ika, Ovi, Me, Paskal, Ocky (Minus: Winda, Rila, Ann, Vick, Franyo, Gerry, Renold) |
"Berdiri di puncak gunung itu bukan supaya dunia
dapat melihat kita, justru sebaliknya agar kita dapat melihat dunia."
Terima kasih teman-teman for everything we shared
selama camping dan hiking di Gg Nglanggeran. Tak sabar buat melakukan trip
selanjutnya dan mengambil segala sesuatu yang positif dari tiap perjalanan.
*Jika ingin camping sebaiknya booking terlebih dahulu, nantinya pembayaran yang kita lakukan sudah termasuk tiket masuk, parkir & fasilitas yang tersedia.
*Saran: Pakai kaos, sandal/sepatu
gunung & celana pendek yang nyaman - ketawa-ketiwi di jalan itu asyik tapi juga
berarti tidak menghemat tenaga - sebaiknya tidak sotoy jadi orang haha
*Gunung Kidul memang sangat kaya akan wisata alam, al:
Pantai Kukup, Gua Rancang Kencono & Air Terjun Sri Gethuk, Gua Pindul, dll.
0 Comments