Siang tadi setelah misa Rm. Andang, SJ (mentor saya dan teman-temana di Youth for Climate Change Indonesia) memimpin Rekoleksi Hari Bumi yang diselenggarakan oleh Paroki St. Yohanes Bosco, Danau Sunter.

Rekoleksi yang berjalan fun dan hangat ini tidak begitu banyak membahas ajaran teknis tetapi lebih kepada spiritual.

Beberapa hal yang saya bawa pulang adalah penjelasan Romo tentang iman kita yang egois, ingat diri dan selalu meminta. Perubahan iklim kata IPCC bersifat antrophogenic, disebabkan oleh manusia. Kalau kata Santo Paulus disebakan oleh keserakahan manusia. Kita begitu egois, bahkan dalam iman, di mana saat kita berdoa kita meminta dan memohon, meminta dan memohon.

Padahal; 1) Tuhan Yesus, Anak Allah sendiri saat berdoa di Taman Getsemani mengatakan, "... Jikalau boleh cawan ini lewat daripada-Ku. Tetapi bukan kehendak-Ku lah yang terjadi melainkan kehendak-Mu ya Bapa. 2) Dalam doa Bapa Kami kita lebih dahulu mengucapkan, "Terjadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga." Baru, "... berilah kami rejeki pada hari ini." 3) Tuhan lah yang menyelenggarakan segala sesuatu. Baik kebahagiaan ataupun kesedihan yang terjadi atas kita, patut kita syukuri dan jadikan itu sebagai kesaksian.

Romo juga menjelaskan arti salib di rumah orang Kristiani adalah untuk selalu mengingatkan kita;

1) Bahwa Allah mencintai kita secara total. 2) Agar kita memiliki kasih yang sempurna seperti Yesus, dengan pengorbanan. 3) Arah/ke mana kita harus mengasihi. Kasih tidak hanya vertikal horizontal. Empat arah salib menunjukkan, ke atas kepada Tuhan, kanan sesama, kiri musuh, bawah bumi dan segala ciptaan-Nya.

Untuk menyebarkan kasih Romo bilang kita butuh usaha kecil yang memang bikin repot. Tetapi itu mendobrak egoisme kita.

Dan menggarisbawahi surat gembala Bapa Uskup KAJ dalam rangka Hari Bumi, Romo Andang katakan kita mencintai Allah dengan mencintai sesama. Kita mencintai sesama dengan mencintai bumi dan segala ciptaan-Nya. ♡

#BertumbuhdalamIman #MakinAdilMakinBeradab 


0 Comments