Gambar ini membawa memori saya ke ruang aula TKK St. Fransiskus Xaverius Bina Wirawan Maumere. Waktu itu sore hari, ada acara Natal bersama. Seingat saya, saya tampil bermain angklung dan ikut main drama Natal. Saya lupa peran apa waktu itu. Kalau tidak salah jadi tokoh antagonis, yang mengusir Maria & Yosef saat mencari penginapan.
(Bukan itu yang mau saya ceritakan. Hehe)

Tapi, sore itu langsung di tangan kami masing-masing, kami dibagikan snack dan selembar kartu, tidak semua dapat kartu yang sama. Saat itu saya dapat kartu dengan gambar persis seperti ini. Seorang pria dengan lingkaran halo di kepalanya, berjubah cokelat, tali pinggang putih.
Saya suka gambar itu, karena ada bunga warna pink dan burung-burungnya.
Karena itu momen Natal, saya pikir ini potret Santo Yosef, yang saya usir dalam drama. Apalagi ada jenggotnya.

Butuh dua dekade untuk saya kenali bahwa pria di kartu yang dibagikan itu adalah Santo Fransiskus Asisi. Nama ini sangat tidak asing. Tapi mengenal sosoknya baru beberapa waktu ini.
Spiritualitasnya begitu mengagumkan.

Sabtu malam lalu saya menonton konser anak-anak Panti Asuhan Vincentius Putra dengan tema Francis' Dream. Salah satu lagu yang dibawakan dengan sangat bagus dan bikin haru adalah "Lord, Make Me an Instrument of Your Peace". Saya baru tahu ternyata itu adalah doa St. Fransiskus Asisi. Saya pernah beberapa kali membacakan doa itu dalam versi bahasa Indonesia, tapi tak tahu itu adalah karya St. Fransiskus.

Doa itu adalah doa lain yang sering bikin hati bergetar - kadang meneteskan air mata - selain Doa Penyerahan (Suscipe) dari St. Ignatius Loyola.
Hmm.. Dua tahun belakangan saya ngefans berat sama St. Ignatius Loyola. Sampai berpikir, besok-besok kalau punya anak laki-laki mau namakan Ignatius (terpaksa bukan Alexius). Haha..
Ternyata sekarang tambah satu idola saya, pangeran Gereja yang karyanya begitu luar biasa tapi selama ini kisahnya asing bagi saya.

Saya mengenal St. Fransiskus Asisi lebih dekat baru Oktober tahun lalu, ketika Paroki Theresia Menteng merayakan Pesta St. Fransiskus Asisi dengan Misa dan pemberkatan hewan piaraan dan tanaman. St. Fransiskus Asisi dikenal sebagai pecinta lingkungan hidup.

Bulan Februari lalu, saat menulis tentang Human Fraternity Meeting antara Paus Fransiskus dengan Sheikh Ahmed al-Tayeb di UEA, saya semakin kagum pada sosok St. Fransiskus Asisi. Apa yang Paus lakukan saat ini, mengulang peristiwa 800 tahun lalu. Di tengah Perang Salib, St. Fransiskus Asisi mengunjungi Sultan Mesir, Malek al-Kamil. Ia melintasi garis pertempuran dengan berani tanpa senjata, atas nama perjuangan untuk perdamaian. <3

"Tuhan, jadikanlah aku pembawa damaiMu. Di mana ada kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta. Di mana ada hati yang terluka, pembawa pengampunan. Di mana ada kebimbangan, pembawa kepastian. Di mana ada keputusasaan, pembawa harapan. Di mana ada kegelapan, pembawa terang. Di mana ada kesedihan, pembawa kegembiraan.
Tuhan, semoga saya tidak meminta untuk dihibur, tetapi menghibur; untuk dipahami, tetapi memahami; untuk dicintai, tetapi mencintai. Sebab dengan memberi, kami menerima. Dengan mengampuni, kami diampuni. Dengan kematian, kami dibangkitkan dalam kehidupan yang abadi."
-St. Fransiskus Asisi

Sanctus Franciscus Assisiensis, ora pro nobis.

0 Comments