Perkara Di-Ghosting
Bulan Juni lalu aku di-ghosting seseorang. Aku sedih bukan main. Aku tidak mengelak rasa sakit dan sedih itu. Manusiawi sekali untuk merasa terluka, ditolak, dan marah bila seseorang menghilang begitu saja dari hidup kita, tanpa sepatah katapun. Aku marah dan terluka karena bagiku, aku pantas mendapatkan perlakuan yang jauh lebih baik. Aku terlalu berharga untuk di-ghosting, ditinggalkan begitu saja.
Aku selalu tahu nilai diriku, aku pantas dihormati dengan apa adanya aku. Aku makhluk yang Tuhan cipta seturut gambar-Nya. Tidak pantas aku diperlakukan seperti yang dia lakukan padaku. Satu, dua minggu pertama, aku selalu berpikir: setidak berharga itukah aku bagi dia, sampai-sampai aku tidak pantas untuk mendapatkan perpisahan atau penjelasan yang baik? Padahal dengan segala kondisi selama kami bersama, aku baik dan tulus padanya.
Beberapa waktu menuju move on, aku mulai membaca-baca literatur tentang per-ghosting-an. Rata-rata tulisan yang aku baca, menegaskan bahwa pikiranku tentang ''aku yang tidak berharga" karena diperlakukan seperti itu adalah salah. I am worthy of so much more.
Ketika seseorang meng-ghosting, itu menunjukkan dia tidak dewasa. Dia memilih jalan yang paling gampang dan paling egois untuk pergi. Dia tidak mempertimbangkan sedikitpun tentang perasaan orang lain, atau memikirkan perpisahan seperti apa yang sehat, yang sebaiknya dilakukan.
Teman baikku dulu pernah diputusin hanya lewat BBM. Waktu itu aku merasa mantannya 'kasar' sekali. Bisa-bisanya putusin anak orang lewat pesan BBM? Tapi ternyata sekarang aku tahu, ada yang lebih jahat dari itu, yakni ghosting. Buat aku, ghosting adalah cara yang paling egois untuk berpisah.
Setelah overthink yang cukup lama, aku akhirnya percaya, bahwa di-ghosting itu bukan soal aku, melainkan dia. Aku memang bukan manusia sempurna. Dan dengan segala kekuranganku, aku mungkin berbuat salah saat berelasi dengannya. Namun, sekalipun aku salah, tidak ada yang bisa membenarkan untuk aku ditinggalkan begitu saja.
Aku lalu dengan sadar, mengakui bahwa akhir yang "tiba-tiba" dan "kasar" ini adalah karena dia dan bukan salahku.
Teruntuk siapapun yang ingin mengakhiri hubungan dengan pasangan/partner, tolong komunikasikan dengan baik, jangan pernah ghosting.
0 Comments