Heeeeyy Hutan Besar!!
It’s been so long long time that I haven’t written some stuffs for you all. Hutan Besar, dua bulan sudah saya vacuum. Ohh so sad, but now I’m coming back with a bunch of stories to be told :D
Hi everyone :D  Seperti yang telah saya janjikan di post saya dua bulan yang lalu (ya so long time ago), saya akan share cerita-cerita tentang perjalanan saya kemarin. OK, dari judulnya sudah bisa ditebak kalau post ini akan bercerita tentang perjalanan (panjang) saya dari Jogja menuju rumah, Maumere Manise. Memang sudah berlalu beberapa waktu yang lalu, tapi saya kira masih afdol untuk di-share. So lemme begin!

Awalnya saya berencana muleh dari Jogja pada hari Minggu (7/7) malam menggunakan travel ke Surabaya, baru kemudian melanjutkan perjalanan dengan kapal dari Pelabuhan Merak ke Maumere pada hari Senin malamnya – maklum tiket pesawat lagi mahal-mahalnya, hi-season waktu itu. Namun ternyata I’m not that lucky, tidak ada satu tiket kapal pun yang saya dapatkan sampai Minggu malam itu. Semua agen travel terdekat sudah dihubungi tapi nihil. Banyak teman juga yang sudah membantu mencarikan tapi benar-benar habis. Untungnya saya belum memesan travel ke Surabaya, jadi Plan B dilancarkan; Senin pagi-pagi saya akan mencari tiket kapal sampai dapat, baru setelah itu meluncur ke Surabaya dengan angkutan yang memungkinkan. Kalo tak ada travel, bus pun tak apalah walaupun saya merasa kurang nyaman kalo naik bus ke Surabaya.  Pagi-pagi benar saya menodong teman saya untuk mengantar saya ke agen-agen travel, kost kami berdekatan jadi dialah yang terpilih untuk bangun pagi-pagi tanpa pemberitahuan sebelumnya demi mengantarkan diriku mencari secarik tiket hehe.. Babarsari, Janti dan Mangkubumi menjadi target kami, semua agen travel kami datangi dan mendapat jawaban yang hampir sama, “Waduh, habis e mbak.. Dari kemaren-kemaren udah ludes.” Ada pula agen travel yang sampai menghubungi kantor pusat PT Dharma Lautan di Surabaya kalau-kalau ada satu saja tiket yang nganggur. Tapi yah ternyata saya memang tidak berjodoh untuk pulang hari itu. Waktu itu kapal memang tidak lancar beroperasi seperti biasanya; jadwalnya tidak tetap dan selalu ramai penumpangnya. Saya pun harus menerima bahwa hari Rabu saya belum bisa bertemu Bapa dan Mama, masih harus stay di Jogja sampai jadwal kapal selanjutnya muncul, entah dua atau tiga minggu lagi. Dan itu artinya uang saku harus dikelola sedemikian hingga untuk bertahan hidup sampai hari misterius itu tiba.

Maumere memang sangat loveable; home, sahabat-sahabat serta pantai adalah hal yang paling saya rindukan dari kota kelahiranku ini. Rasa rindu sudah menggebu-gebu, dan saya pun putuskan untuk nekad pulang menggunakan pesawat dengan budget seadanya. Coba-coba cek saja, mana tau ada promo terbang ke MOF (kode bandara Maumere) dengan harga miring. Saya dan seorang sahabat saya yang lain lalu menuju ke agen travel langganannya. Niat menemukan tiket promo ke rumah ternyata tak kesampaian, semuanya masih berkisar 2juta. Damn, no way! Sedikit hopeless, saya iseng-iseng menanyakan tiket promo dari Jogja atau Surabaya ke mana saja. Dan tadaaaa Makassar ada di tangga promo teratas. Selisih harga dari Jog dengan dari Sub sekitar 200ribu-an, jadi saya memilih dari Surabaya saja, hitung-hitung hemat 100ribu pake travel ke sananya. Kalau sudah di Makassar, urusan ke Maumere menjadi gampang, I know I’ll be safe there coz my family there will cover everything up, for they love me so much :D
And.. Yippieee!! Jumat malam (12/7) dengan travel saya meluncur ke Surabaya dan terbang ke Makassar Sabtu pagi pukul 07:00 WIB tiba pukul 10:00 WITA. Perjalanan memakan waktu dua jam namun perbedaan waktu antara kedua kota ini adalah satu jam, so that’s it

Hola Kota Daeng.. Ketemu lagi, mi! :D Saya dijemput abang sepupu dari Hassanudin ke rumah di Andi Mangerangi. Hari Sabtu ini saya habiskan waktu di rumah bersama keluarga di rumah, apalagi ada ponakan-ponakan saya yang makin besar, lucu, cute dan menggemaskan. Hari Minggu saya, sepupu, kakak ipar dan ponakan saya jalan-jalan ke mall. Yeah, sudah beberapa kali saya ke Makassar tapi belum pernah main ke mall-nya, jadi bolehlah hitung-hitung biar g4hoL dan bisa melihat standarnya di kota besar kawasan Indonesia Timur ini. Dari sekian banyak mall yang ada di Makassar, Mall Panakukang menjadi pilihan, dengan pertimbangan mall ini adalah mall terbesar dan terlengkap di sana (versi kakak saya hehe). Putar-putar mall dan belanja barang-barang yang tak terencanakan (fyi we’re all girls) lalu pulang. Persis di pintu keluar ada es krim McD bertengger. Ohh I can’t just ignore that Sundae, Cone or McFlurry. So kami membeli es krim-nya, dan seperti biasa tanpa basa-basi saya langsung melahapnya. Oops..dalam hitungan detik saya ditegur kakak saya. Katanya ini bulan puasa bagi kaum Muslim dan kita tidak akan makan atau minum apapun di tempat umum apalagi sambil berjalan.  Bukan cuma karena mayoritas penduduk Sulsel adalah pemeluk agama Islam, namun semangat toleransi seperti ini sudah dibangun sejak dulu. Wahh, keren ya pikir saya, padahal cuma es krim lho. Kalau di Jogja kok rasanya orang cuek-cuek saja ya, mondar-mandir di Malioboro dengan snack dan minuman di tangan. Ini namanya toleransi, luar biasa. So, kami menepi ke tempat yang cukup sepi lalu menghabisi es krim tsb.
Akan ada kapal laut dari Makassar ke Maumere pada hari Rabu (17/7) malam nanti, jadi saya masih punya tiga hari. Saya ditawarkan untuk jalan-jalan ke Bone – sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan – selama tiga hari dan deal, of course I take it, I love going everywhere I’ve never been ^0^ 

Cerita tentang Bone dan perjalanannya akan saya share pada post tersendiri. Saya bersyukur pada Tuhan untuk kesempatan ini, He always has a good plan for us through everything that happens in our life. I believe in it. Klikdi sini untuk membaca cerita saya tentang Bone.
Hari Rabu petang saya tiba kembali di Makassar dengan riang gembira... Bahagia rasanya telah melihat Bone dan yang tak kalah membahagiakan adalah sadar bahwa  besok malam I will be with my parents in Maumere, home sweet home. Fyi, perjalanan dengan kapal dari Makassar ke Maumere memakan waktu 26 jam. Begitu tiba di rumah @Andi Mangerangi, orang rumah tampak “sibuk-sibuk aneh.” Guess what?? Tiket ke Maumere habis ludes terjual dan saya tak kebagian, LAGI. Orang-orang PELNI sudah coba dihubungi untuk menyelamatkan saya tapi toh tak berhasil. Malam itu saya benar-benar galau. Saya memang menikmati hari-hari di sini tapi kerinduan akan rumah benar-benar membuat saya tidak bisa perpanjang liburan di Kota Daeng. Wajah sedih pasti jelas tampak di wajah saya malam itu. Orang rumah pasti bisa melihatnya dengan jelas hehe.. Saya terlalu rindu Bapa dan Mama. Saya pun nekad minta diantarkan ke Pelabuhan Soekarno Hatta dengan harapan abang saya masih bisa melobi rekan, kenalan atau siapa saja di sana, atau mungkin ada penumpang yang membatalkan perjalanannya sehingga tiketnya bisa dijual kembali. Meski tahu kemungkinannya sangat kecil saya tetap diantar ke pelabuhan. Keluarga saya tetap membujuk saya untuk tinggal beberapa hari lagi dengan iming-iming jalan-jalan ke Air Terjun Bantimurung, plus bonus tiket pesawat ke Maumere. They know how much I wanted to go to that waterfall. Tapi keinginan untuk pulang ke rumah lebih besar, so there in the harbor I was. Berjam-jam di pelabuhan dengan status ‘penumpang tak pasti’ saya mendapat telfon dari Bapa dan Mama. Mereka pasti kasihan mendengar nasib saya lalu menjajikan bahwa besok tiket pesawat untuk penerbangan dua hari lagi ke Maumere bisa saya dapatkan.  Sedikit legah waktu itu, tapi saya masih berusaha  mencoba peruntungan di pelabuhan. Unfortunately, keesokan paginya saya tidak terbangun di tengah Laut Flores tetapi di Andi Mangerangi. Oh Lord, what You’re doing to me? Siangnya saya dan sepupu saya mengecek tiket UPG-MOF (UPG: Ujung Pandang, nama Makassar dulu) untuk minggu ini dengan hasil harga termurah 1,3jutaan itu pun untuk penerbangan hari Rabu depan (24/7). Saya tidak langsung dengan serta merta melaporkan harga tiket kepada pihak-pihak yang punya otoritas mengucurkan dana, karena saya harus menghitung cost and benefit atas pilihan hari saya pulang ke Maumere. Lalu beberapa jam kemudian tiba-tiba datang info yang mengatakan bahwa hari Senin (22/7) nanti ada kapal dari Makassar ke Larantuka. Larantuka adalah ibu kota Kabupaten Flores Timur yang terletak di timur Sikka (Maumere), jaraknya sekitar 140Km dari Maumere, memakan waktu 3,5 - 4jam ke Maumere bila menggunakan transportasi darat. Saya pikir tak ada salahnya kalau saya harus menempuh perjalanan darat dari Larantuka. Toh bisa jauh lebih hemat kan, dari pada keluarga saya harus membuang duit satu jutaan? Apalagi galau homesick saya juga sudah mulai redah.
Merasa cukup mantap, saya pun membuat laporan yang disambut baik oleh kedua belah pihak baik keluarga besar Makassar maupun orangtua di Maumere. So, saya masih punya Jumat, Sabtu, Minggu dan Senin di Makassar. Akan saya manfaatkan sebaik-baiknya, membayar apa yang telah menimpa saya. ;-)
Jumat dan Sabtu saya dan dua sepupu saya melancong ke Maros. Maros adalah sebuah kabupaten yang berbatasan langsung dengan kota Makassar. Maros akan kita lewati apabila melakukan perjalanan ke Bone. Why Maros? Karena Maros adalah di mana Air Terjun Bantimurung berada. Yaaaayyy..!! Bantimurung, I gotcha!  Cerita tentang Bantimurung ada di post yang berbeda. Silakan klik di sini untuk membaca tentang Bantimurung ;-)

Hari Minggu pagi saya ke gereja, dan sore hingga malamnya jalan-jalan ke Fort Rotterdam, sebuah benteng di tengah kota, toko oleh-oleh, Pantai Losari dan Kawasan Kuliner Makassar. Cerita ini pun saya pisahkan di post sendiri. Oh ya, meski tiap kali ke Makassar saya ke Pantai Losari tapi ternyata tidak membosankan, apalagi Pemkot Makassar terus melakukan pembaharuan dan penyegaran di kawasan wisata ini dengan menambahkan item-item baru khas Bugis. Click here to read the story!
And then.. hari Senin pun tiba. Ini hari terakhir sebelum nanti malam saya capcus eh berangkat maksudnya :D jadi saya tidak ke mana-mana. Saya menghabiskan hari ini bersama keluarga tersayang. Terima kasih keluargaku sayang untuk service-nya, love you all so much. Bye Epifani, bye Daniella.. ponakan tersayang :*
Eitsss.. saya masih punya things to be shared tentang perjalanan saya dari Makassar sampai di rumah. Jangan bosan dulu ya.. Kapal yang saya tumpangi ke Larantuka ini bernama KM. Sirimau and it’s deeply NOT recommended bagi Anda semua. Kapal ini adalah milik PT. PELNI Persero, ditawarkan dengan harga yang tergolong murah namun service-nya sangat amat buruk. Kapal ini memuat penumpang dalam jumlah yang terlalu dipaksakan jadi jangan heran apabila semua tempat dipake oleh para penumpang. Ya, semua tempat, mulai dari tangga sampai sekoci. Hampir tidak ada space untuk kita bergerak dengan leluasa untuk sekedar ke toilet atau mengambil makan.  Itulah sebabnya saya lebih banyak menghabiskan waktu di … . Untuk makanannya, saya sarankan untuk membawa persediaan makanan yang cukup untuk satu hari mengingat makanan yang disediakan pihak kapal sangat tidak pantas dan harga makanan yang dijual bisa 3x lipat harga di darat. Pop mie adalah pilihan yang tepat jika tidak ingin ribet, apalagi air panas disediakan gratis oleh pihak kapal. Tawaran perjalanan dengan kapal laut ke Flores memang cukup banyak dan bisa dijadikan alternatif jika via udara terlalu mahal. Namun banyak kok kapal laut dengan provider berbeda yang pelayanannya jauh lebih baik dari pada KM. Sirimau.

Tiba di Larantuka, saya lalu melanjutkan perjalanan dengan bus malam menuju Maumere … dan home sweet home. Nothing’s ever beat the place that we call home.

Yang saya petik dari long long journey to be home ini adalah bahwa setiap perjalanan yang tak sesuai rencana (apapun itu) biasanya akan lebih joss ketika kita mau menikmatinya, just enjoy every moment, keep thank everything we have and happiness will just come through. If we only have Plan A and Plan B, God has many even more than Plan Z. Thanks everyone for reading ...

0 Comments