Designed by slidesgo / Freepik

Akhirnya sekarang saya bisa dengan bahagia bilang, "Saya bisa masak."

Sejak kecil, saya tidak pernah suka memasak. Sebagai anak bungsu yang punya kakak-kakak - kandung dan sepupu - yang rajin, saya bebas dari pekerjaan rumah apalagi dapur.

Pekerjaan memasak tidak pernah menarik perhatian saya sebelumnya. Sampai ketika saya kuliah dan ngekost di Jogja pun saya tetap tidak suka memasak. Karena saya tahu saya tidak bisa masak. Kalaupun saya masak, benar-benar masakan yang basic dengan bumbu-bumbu anti-ribet. Biasanya goreng-goreng lauk, sayur tumis, sop atau bening. Dan meskipun saya anti-micin, saya tetap menggunakan bumbu-bumbu kemasan, seperti bumbu racik dan lainnya.

Ternyata saya tidak bisa masak, karena saya meyakini bahwa saya tidak masak. Sampai ketika saya pindah ke Jakarta pada Januari 2017. Saya ngekost di Sunter. Di kost ini, ada seorang ibu Tionghoa, saya memanggilnya i'i, sapaan akrab untuk tante/bibi dalam budaya Tionghoa. Namanya i'i Linda, seusia mama saya. Setiap hari i'i memasak dan masakannya tidak ada yang tidak 'enak banget'. Apalagi saya penggemar Chinese food.
Setiap saya ngantor, saya selalu bawa bekal masakan i'i. Tidak cuma 'enak banget', bervariasi, porsinya juga besar, jadi saya bisa bagi ke teman-teman. Setiap ke kantor, bekal saya biasanya terdiri dari sarapan dan makan siang; nasi, sayuran, lauk, sambal. Kadang ada buah, kadang varian lauk atau sayurnya lebih dari satu.

Jadwal kerja saya saat itu, memungkinkan saya punya day off di tengah pekan. Biasanya, kalau saya tidak ada urusan ke luar, hari libur itu akan menjadi hari saya belajar masak langsung dari masternya. Awalnya saya hanya bantu i'i cuci piring. Tapi i'i terus-terus ajak saya memasak. Mulai dari siapkan bahan, sampai memasak saya lakukan dengan komando dari si master chef. Haha..

Memasak ala i'i 100 persen tanpa micin dan keluarga bumbu bubuk pabrik lainnya. Semuanya benar-benar diracik sendiri. Dan ternyata justru proses menyiapkan bahan, buat bumbu, itu yang menyenangkan.

I'i sering bilang, "Na, perempuan itu harus bisa masak." "Harus belajar dong. Emang ada orang lahir langsung bisa masak?" "I'i dulu juga belajar, kalau ga bisa masak dimarahin." Bla bla bla ... Banyaklah pokoknya haha.. Saya masih ingat baik ekspresinya.

Yah, meskipun saya tidak setuju bahwa perempuan harus bisa masak, tapi saya akhirnya ingin bisa masak. Apalagi ketika i'i bilang dia juga bisa jago masak karena belajar. Beberapa kali, saya temani i'i belanja mingguan ke Pasar Sunter. Saya diajari memilih bahan makanan yang baik. Tidak semuanya saya ingat sih, tapi belanja sayur ke pasar mulai menjadi sesuatu yang menarik, apalagi menyaksikan tawar-menawar antara i'i dan penjual yang cukup bikin ngakak. Terlalu sadis. Hahaha..

i'i Linda sayang

Akhir tahun 2017, i'i sudah tidak ngekost lagi dan kembali ke rumahnya yang sudah selesai direnovasi. Sejak i'i pindah saya justru semakin rajin masak. Hanya saya lebih suka belanja sayuran ke Superindo.

Awal-awal saya sering chat i'i untuk tanya resep dan bumbu-bumbu kalau mau masak masakan tertentu. Tapi selang berapa lama kemudian saya kehilangan kontak, tepatnya setelah saya pindah ke Kebon Jeruk. Nomor i'i tidak bisa dihubungi lagi. Sejak itu, saya mulai mengandalkan Google untuk mencari resep. Tapi toh saya masih kurang percaya diri.

Saat beberapa teman dan ibu kost yang ikut mengecap masakan saya memuji hasil masakan saya, saya akhirnya percaya saya bisa memasak. Saya tidak tahu sih mereka benar-benar tulus mengatakan itu atau tidak haha, tapi saya harap iya! Hahaha.. Bagi pemula seperti saya, penghargaan seperti itu saya rasa sangat membantu.

Belajar memasak mungkin tidak mudah, apalagi kadang ada saat di mana hasil masakan tidak sesuai ekspektasi. Tetapi semakin sering melakukannya membuat saya semakin yakin siapa saja bisa memasak.

Kemarin saya mulai posting masakan saya beserta resepnya. Ini tanda saya yakin saya bisa memasak. Resepnya tentu bukan ciptaan saya. Tetapi saya senang menyimpannya di blog ini. Selain jadi memori, siapa tahu ada manfaat buat yang baca.

Oh ya, sejak karantina saya langganan aplikasi CookPad untuk dapatkan resep-resep teruji. Nanti saya akan lebih sering menulis tentang masakan saya beserta resep dan tips-tips yang saya pelajari selama ini.
*Akan menyusul foto-foto throwback masakan saya melengkapi tulisan ini. Hehe..

0 Comments