Fool me once, shame on you; fool me twice, shame on me.

Dulu aku pikir ungkapan di atas benar. Bahwa ditipu atau dibodohi untuk kedua kalinya oleh orang yang sama berarti kesalahan ada pada kita sebagai korban. Seolah-olah, setelah yang pertama, kita pantas dipersalahkan jika masih terluka.

Sekarang aku tidak lagi setuju. Karena cara berpikir seperti itu justru membuat korban menjadi korban dua kali, double victim.

Ditipu itu bukan soal kurang pintar atau bodoh. Tapi itu adalah akibat dari rasa percaya. Saat seseorang berbohong, memanipulasi, atau memanfaatkan kebaikanku, aku belajar bahwa itu berbicara tentang karakter mereka, bukan tentang nilai diriku.

Dan apabila setelah kumaafkan mereka melakukannya lagi, itu juga tidak serta-merta membuat aku bodoh. Itu hanya menunjukkan pola yang mereka pilih untuk ulangi.

Aku tahu kita sering diajari untuk menyalahkan diri sendiri:

“Aku harusnya belajar..”
“Aku harusnya lebih jaga diri..”
“Aku terlalu polos.”

Padahal percaya pada orang lain itu bukan kelemahan, kok. Percaya pada potensi seseorang, 'kayaknya dia bisa berubah, kayaknya dia bisa bertanggung jawab..' Itu juga bukan kesalahan, apalagi kebodohan. Yang salah adalah orang yang mengeksploitasi kepercayaan itu.

Manipulasi itu tidak lalu otomatis berubah jadi salahku hanya karena aku tetap berharap. Dan luka yang aku rasakan itu tidak menjadi wajar hanya karena itu terjadi lebih dari sekali.

Sekarang yang aku pegang adalah “Fool me once, that's information; fool me twice, it's your behavior and character.

Jika seseorang menipuku sekali, aku anggap itu sebagai informasi untuk kupelajari. Jika dia menipuku dua, tiga, empat kali, itu adalah perilaku dan karakternya. Itu adalah hasil didikan yang ia terima, teladan yang ia lihat, dan proses hidup yang ia jalani. Itu keputusan yang dia buat tentang bagaimana memperlakukanku. Itu bukan kegagalanku.

Masalahmya bukan pada kelembutan hatiku. Pun harapanku tidak salah tempat. Masalahnya adalah orang yang terus memilih kenyamanan mereka di atas kepercayaan yang aku berikan.

Dan itu bukan beban malu yang harus aku tanggung.

Her.

0 Comments