Belajar Berdamai dengan Bosan
Biasanya, tanggal 27 Desember kami sudah kembali masuk kerja. Dan seolah sudah SOP-nya, aku berangkat dengan muka asam dan hati penuh keluhan: “Kenapa cepat sekali liburnya habis?”
Tahun ini berbeda. Hari ini, tanggal 27, masih libur. Dan ternyata… bosannya minta ampun. 😂
Alih-alih bersyukur, justru muncul keinginan aneh: pengen masuk kerja saja!
Aku sampai bertanya pada diri sendiri: kalau hari ini aku kerja, sudah berapa checklist yang bisa kucoret?
Libur Natal kali ini bukan hanya merusak diet & rutinitas skincare, tapi juga memberi rasa waktu berlalu tanpa jejak. Banyak jam terlewati, tapi dampaknya nyaris tak terasa.
Dari apa yang aku pelajari dari Filosofi Teras karya Henry Manampiring, aku sadar bahwa kegelisahan sering kali bukan soal apa yang terjadi, tetapi bagaimana kita menilai apa yang terjadi.
Libur, secara objektif, hanyalah libur.
Bosan, rupanya, lahir dari pikiranku sendiri... Pikiran yang sudah terlalu lama terbiasa dengan ritme sibuk, target, dan rasa “berguna”.
Sudah lama saya tidak benar-benar merasa bosan.
Mungkin justru di situlah masalahnya.
Hari-hari libur ini berjalan pelan dan monoton: membantu di rumah, bermain dengan keponakan, lalu makan… dan makan… dan makan lagi. Aktivitas yang sederhana, nyaris tanpa pencapaian yang bisa diukur. Baru dua hari terakhir ini, sebelum tidur, aku memaksa diri membuka laptop. Sekadar mengutak-atik hal yang bahkan tidak jelas arahnya. Rasanya ada yang kurang kalau belum menatap layar. Seolah nilai diri masih harus dibuktikan dengan cahaya laptop.
Sebenarnya bosan tidak harus selalu jadi musuh yang dihindari. Bosan juga bisa dilihat sebagai “latihan batin”, ruang untuk belajar to be present tanpa selalu menuntut produktivitas. Kalau tidak salah pernah ada post Instagram yang lewat soal gagasan Marcus Aurelius, bahwa ketenangan muncul saat kita berhenti memaksa hidup berjalan sesuai selera kita.
Yup, namanya libur di rumah memang tidak harus berdampak.
Tidak setiap hari harus berarti besar.
Jeda juga tidak selalu menyenangkan, tapi mungkin perlu.
Dan yabg tak kalah penting: aku lebih dari sekadar daftar tugas yang dicentang.
Yah meskipun sudah berusaha untuk menerima kebosanan ini, hari ini rasanya tetap ingin pulang ke Lé Orin. Mungkin ini juga bagian dari belajar mengenali diri sendiri: ternyata aku adalah orang yang perlu belajar menikmati bosan, sama seriusnya dengan belajar bekerja keras.
Dan mungkin, itulah pelajaran kecil dari libur Natal tahun ini.
Her.
Kota Uneng, 27 Des. 2025




0 Comments